Jumat, 18 Oktober 2013

Merintis Karir "Usaha & Ibadah"

Mengawali karir yang bukan hanya sekedar untuk mendapatkan penghasilan tetap dalam per bulannya, namun sebuah usaha yang juga amat mulia ketika kita dapat melakukan sesuatu atau berguna dengan membantu orang-orang disekitar kita terasa amat menyenangkan. Rasa bersyukur pun semakin bertambah ketika dapat mengenal orang-orang sukses yang mengenalkan aku dengan pekerjaan yang sedang aku jalani kini. sebuah pekerjaan yang dapat membantu banyak orang dalam menjalani kehidupan di masa depannya, baik untuk pribadi orang tersebut secara langsung maupun bagi keluarga dari orang tersebut. Seakan menemukan keluarga baru disini. Rasa kebersamaan yang dijunjung tinggi membuatku nyaman berada di lingkungan baru ini. Banyak pelajaran yang ku dapat disini.

to be continue.......... :)

Senin, 01 April 2013

***Pola Pikir***



Masa lalu mengajarkanku banyak hal tentang arti sebuah perjalanan hidup, berbagai masa itu telah menjadi bagian yang tak dapat terlupakan begitu saja. Diawali dengan sebuah masa ketika rengekan tangis itu pecah saat sesuatu yang diinginkan tidak lantas dapat dimiliki, saat keceriaan itu datang dengan hadirnya banyak teman sepermainan, dan sebuah momen yang memiliki banyak cerita masa-masa sekolah dengan keisengan saat usia menginjak masa peralihan dari yang tadinya bersifat kekanak-kanakan menjadi sedikit lebih bisa belajar untuk dapat mandiri.
Dengan terus berjalannya waktu, usiapun semakin bertambah dan tuntutan untuk dapat berfikir dewasa pun tak lagi dapat terelakan. Berbagai tantangan hidup telah siap menghadang dan yang dibutuhkan adalah sebuah sikap tegas juga berani untuk dapat menghadapi segala tantangan tersebut. Ketika sebuah masalah mulai muncul dan memenuhi isi pemikiran kita, pada saat itulah kita akan mengetahui sampai pada batas manakah sebuah problematika dapat kita atasi.
Usia bukanlah sebuah jaminan seseorang untuk dapat berfikir secara mendalam dengan arah pandang ke depan. Tak jarang kita temui seseorang dengan usia yang kita anggap telah cukup dewasa namun pola pikirnya masih seperti anak kacil yang selalu menangis ketika meminta jajan  atau bahkan layaknya bayi yang tidak dapat lepas dari gendongan sang bunda. Sebaliknya, pemikiran dewasa justru ditunjukkan oleh seorang anak dengan usia yang masih amat belia. Dengan pemahamannya akan sebuah kondisi yang mungkin masih belum dapat sepenuhnya ia pahami, namun si anak tersebut justru lebih bijak dalam menanggapi kejadian tersebut.

Kebahagiaan yang dinanti



Ya Allah, bila memang Engkau ta’ suka pada hamba-Mu yang ta’ mau berdoa dan Engkau menyebut mereka orang yang sombong, maka aku ta’ mau Engkau sebut demikian. Ta’ hentinya ku memohon kepada-Mu yang terbaik untukku dari-Mu, karena Engkaulah satu-satunya Sang Maha Mengetahui yang terbaik untuk hamba-Mu.
Disetiap doa yang ku pinta adalah ampunan atas dosa-dosaku dan yang ta’ ku lupa tentunya doa untuk kedua orang tuaku. Ku tau Engkau Maha Mendengar ya Allah, tanpa harus terucapun Engkau pasti mengetahui apa-apa yang hamba-Mu pinta. Dalam setiap sujudku, disetiap akhir shalatku, dan disetiap malamku…ku lepaskan segala keluh-kesahku pada Engkau. Ku syukuri setiap nikmat yang Kau beri dan ku coba tuk dapat mengambil hikmah dari apa yang Engkau ujikan kepadaku.
Air mata ini berlinang ketika teringat tentang kebahagiaan untuk kedua orang tuaku. Ya Allah… Engkau tau apa yang ku mau dan apa yang ku pinta, sebagai seorang anak akupun ta’ ingin selalu menjadi beban untuk kedua orang tuaku. Sebagai seorang hamba, ku hanya bisa memohon kepada-Mu untuk dapat diberikan kemudahan jalan dalam langkahku tuk dapat mewujudkan semua kebahagiaan yang mereka nantikan.
“Hidup adalah Ujian” kata  itu akan selalu ku ingat, sebagai motivasi dalam diriku. Mungkin inilah ujian yang Kau berikan untukku tuk meraih kesuksesanku dan tuk mewujudkan kebahagiaan untuk kedua orang tuaku. Ku akan selalu berusaha tuk ikhlas dan berjuang tuk dapat melewati ujian-Mu dengan penuh rasa syukur. Dengan keikhlasan dan rasa syukurku, ku mengharap segala ke-Ridho-an Mu.
Berikanlahku kemudahan dan kelancaran dalam setiap langkah kaki ini ya Allah… karena hanya pada-Mu lah ku memohon pertolongan dan menggantungkan semua jawaban atas doaku.

Rabu, 26 September 2012

Jadi diri sendiri bukan berarti jadi “Semau Gue”



Be your self….mungkin kata ini sudah tidak asing atau tidak jarang lagi terlintas di pendengaran kita. Biasanya kata tersebut digunakan untuk menjadi salah satu kata motivasi dari sebagian orang. Menjadikan diri sendiri berbeda atau memiliki keunikan lain dari kebanyakan orang merupakan suatu hal yang tak’ jarang dilakukan seseorang. Namun, banyak yang terkadang salah dalam mengartikan makna dari kata Be Your Self tersebut. Anak-anak yang baru beranjak remaja atau yang biasanya lebih kita kenal mereka dengan julukan ABG (Anak Baru Gede)  ini tak jarang mengatakan bahwa apa yang dia lakukan bukanlah urusan orang lain, mereka bertindak atas kehendak mereka sendiri dan orang lainpun tak lagi mereka hiraukan sekalipun kedua orang tuanya sendiri.
Mereka masih belum dapat memahami makna dari kata “Be Your Self”, yang mereka pahami hanya mereka berhak atas apapun yang akan mereka lakukan. Perlu ditekankan lagi, pemahaman dari kata “Be Your Self” bukan berarti mereka dapat bertindak dengan sesuka hati tanpa mengenal norma atau nilai-nilai yang berlaku, melainkan mereka dapat mengembangkan potensi yang mereka miliki dengan sekreatif mungkin dan hal tersebut juga tentunya tidak membuat orang lain menjadi merasa terganggu.
Tentunya peran dari pendidikan yang diberikan oleh orang tua dalam membentuk konsep diri anak menjadi factor penting yang harus juga diperhatikan bagi para orangtua dalam memantau perkembangan buah hatinya yang mulai beranjak memasuki masa pencarian jati dirinya. Dengan demikian, anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi dirinya sendiri dan tetap dapat menghormati orang lain.
Anak yang tumbuh dengan konsep diri “Semau Gue” merupakan hasil bentukan pengaruh dari penyesuaian diri si anak pada lingkungan sekitarnya tanpa adanya proses penyaringan pemilihan pergaulan yang disertai dengan norma-norma. Selain itu, mungkin juga dipengaruhi oleh pembiasaan yang dilakukan keluarganya terhadap si anak, seperti ucapan “terserah” dari keluarganya apabila si anak meminta pendapat dari keluarganya.

So….u must be careful with a word “up to you / terserah” karena bisa jadi ucapan anda itu menjadikan orang-orang disekitar anda menjadi dirinya yang semau-maunya dia. Jadikanlah diri anda menjadi diri anda sendiri dengan karakter yang baik dan menjadi sesuatu (seperti kata syahrini), yang pastinya sesuatu itu haruslah sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain atau setidaknya tidak merugikan orang lain.

Ingat… “be your self” bukan berarti jadi “semau gue or semau loe” !!!!!


Jumat, 16 Maret 2012

All iz Well :) :) :)



Memulai hari dengan penuh rasa syukur, menyadari bahwa setiap yang kita terima adalah suatu anugerah yang tak terhingga. Merasakan aura positif mengalir dalam diri, mengubah pandangan luar menjadi pelajaran baru yang akan membawa kita mengarah pada suatu perubahan yang berarti. Hidup ini layaknya sebuah prakiraan cuaca, dimana tidak dapat dipastikan akan terjadi hujan atau hanya sekedar mendung dan bahkan awan cerah sekalipun dapat sewaktu-waktu berubah menjadi hujan badai. Namun, dibalik semua itu pasti ada hikmah yang dapat diambil menjadi suatu peringatan.
Ketika semua hal dapat kita cerna dengan berfikir positif, maka bukanlah suatu permasalahan yang akan kita jumpai, melainkan suatu hal yang menarik, yaitu sebuah pengalaman baru. Sebuah pengalaman dapat mengajarkan kita banyak hal, baik itu merupakan suatu pengalaman yang menyenangkan maupun pengalaman yang buruk sekalipun. Dari berbagai hal itulah kita dapat mencoba memahami apa yang telah kita lewati beberapa waktu yang lalu.
Tak jarang diantara kita yang kesal dengan suatu keadaan yang benar-benar tidak diharapkan kejadiannya. Namun, selang beberapa hari ucapan syukur justru terucap, ketika kita mengetahui bahwa jika saja hal tersebut tidak terjadi mungkin sesuatu yang lebih buruk akan menimpa diri kita. Itulah mengapa pentingnya berfikir positif terhadap setiap yang kita alami. Banyak kejadian yang membuat kita amat kesal sampai-sampai emosipun tak dapat dikendalikan, itu terjadi karena sikap kita yang terlalu gegabah dalam memberikan kesimpulan terhadap kejadian yang kita alami. Ketika suatu masalah muncul, pikiran yang muncul adalah “mengapa hal tersebut bisa terjadi???”. Pikiran itulah yang akhirnya menjadi focus kita dan penyelesaian untuk mencari jalan keluarnyapun menjadi sedikit terlupakan.
Ketika kita ingat bahwa “Allah tidak akan menguji hamba-Nya melebihi batas kemampuan hamba-Nya”, pasti rasa optimis akan tumbuh dalam diri kita. Namun, amat disayangkan ketika sebuah masalah itu mulai menguasai pikiran kita, yang ada justru kita menganggap bahwa yang kita alami adalah sebuah masalah tanpa solusi, sehingga banyak orang yang memilih mengakhiri hidupnya untuk dapat lepas dari masalah yang dihadapinya. Mereka beranggapan bahwa dengan mengakhiri hidupnya tersebut, mereka akan benar-benar terlepas dari permasalahan dan mereka lupa bahwa sebenanrnya mereka justru telah mengambil jalan untuk mengawali permasalahan yang jauh lebih amat sangat beresiko.
Oleh karena itu, yang harus kita ingat bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Kita hidup sebagai makhluk sosial yang dapat meminta orang lain untuk membantu kita dalam memecahkan atau menyelesaikan mengatasi masalah yang sedang kita hadapi. Kita diberi kemampuan untuk berfikir dan salah satu fungsi berfikir adalah untuk mencari jalan keluar dari masalah yang kita hadapi. Mengakhiri hidup bukanlah suatu cara untuk kita dapat lepas dari masalah, hanya orang-orang yang tidak mampu berfikirlah yang melakukan hal tersebut sebagai satu-satunya jalan keluar dalam menghadapi masalah.
***Kunci dari menghadapi semua ujian hidup adalah dengan selalu bersyukur, berusaha dan bersabar serta tawakal pada Allah SWT. Innalloha ma’as shobiriin…   

Senin, 23 Januari 2012

my first trial


Menulis mungkin bukanlah suatu bakat yang saya miliki, namun tak ada salahnya jika saya mencoba tuk belajar menghasilkan sebuah karya dalam bentuk rangkaian beragam kata yang dapat menimbulkan sebuah kesan bila sudah tersusun dalam bingkisan alur cerita. Menciptakan sebuah karya yang bernilai bagus dari sudut pandang orang lain memanglah tidak mudah dan harus melalui proses. Proses itulah yang nantinya akan menjadi korektor dalam karya yang tercipta. Semakin kita banyak belajar dari sebuah kesalahan maka tidak tertutup kemungkinan kita dapat lebih memperbaiki karya kita.
Banyak hal yang dapat kita tuliskan, namun kadangkala bahkan sering seseorang masih merasa bingung jika diminta untuk membuat sebuah karangan (cerita), termasuk diri saya sendiri. Dalam hal ini terdapat beberapa kemungkinan yang ada dalam pikiran saya. Kemungkinan yang pertama adalah mungkin karena terlalu banyaknya yang ingin diceritakan sehingga membuat seseorang menjadi bingung yang mana dari ceritanya itu yang akan dituangkan dalam tulisan. Kedua, masih dengan kata “mungkin”, mungkin ada perasaan dalam diri individu tersebut yang mengatakan bahwa dirinya tidak bisa untuk menuliskan apa yang dirinya ingin ceritakan. Lalu, kemungkinan yang ketiga adalah….kemungkinan dimana orang itu memang tidak bisa menulis, dan mungkin juga terdapat kemungkinan-kemungkinan lain yang menjadi kemungkinan dari masing-masing pribadi.

Kebingungan yang saya rasakan adalah kebingungan dalam menentukan bagaimana awal cerita itu harus dibentuk. Biasanya untuk dapat membuat sebuah awal cerita, harus ada hal yang benar-benar membuat saya memiliki good mood. Ketika telah terbentuk mood yang baik, maka dengan sendirinya apa yang saya tuliskan dapat lebih terarah dan tidak membutuhkan waktu yang lama untuk dapat menghasilkan kata demi kata dalam membentuk sebuah kalimat yang nantinya berkembang menjadi paragraf-paragraf sehingga terbentuklah tulisan itu menjadi sebuah karya.

Segala sesuatu yang akan kita lakukan pastinya dimulai dengan sebuah proses belajar. Ya…inilah yang kiranya saya lakukan untuk dapat terus mengenali diri saya, “apakah ada bakat dalam diri saya untuk menjadi seorang penulis???”. Dan dengan cara membuat tulisan-tulisan yang hanya sekedar untuk kegiatan mengisi Blog ini, terdapat beberapa harapan untuk dapat membuahkan sebuah karya yang mungkin bisa menjadi bacaan yang kiranya dapat memberikan sedikit manfaat bagi pembaca’y. Mungkin belum pada tahap tulisan ilmiah yang saya buat, karena Basic’y… saya juga belum memiliki keahlian untuk dapat menciptakan sebuah karya ilmiah.

Menulis merupakan kegiatan yang memang tak jarang saya lakukan untuk mengalihkan kejenuhan yang terkadang saya rasakan. Kebiasaan ini mulai muncul ketika salah seorang teman memberikan sebuah buku Diary sebagai kado ulang tahun saya. Awalnya saya bingung untuk apa buku tersebut??? toh, saya jarang malah hampir ga pernah nulis-nulis tentang kejadian-kejadian apa saja yang telah saya alami, hingga akhirnya… iseng-iseng bikin coretan di Diary itu, dengan kata-kata yang masih kekanak-kanakan banget, karena waktu itu saya masih duduk di bangku kelas 1 SMP. Semakin hari mulai berkurang lembaran kosong dalam Diary tersebut, tanpa sadar telah banyak coretan-coretan pena yang telah terukir dalam setiap lembaran Diary itu.

Ternyata…dengan pemberian kado itulah tumbuh keinginan pada diri ini untuk menjadi seorang penulis, terlebih melihat cara kerjanya yang bisa dilakukan dalam rumah bahkan ditempat yang paling privasi yaitu sebuah tempat dimana tak sedikit orang yang mengatakan itu adalah sebuah istana tempat ia melelapkan diri (bed room). Berbeda halnya dengan pekerjaan lain seperti halnya menjadi pekerja kantoran yang setiap harinya harus berangkat ke kantor, belum lagi jika ada pekerjaan tambahan yang harus diselesaikan segera hingga akhirnya mau ga mau harus lembur di kantor. Ugh… pasti melelahkan dan banyak menguras tidak hanya tenaga kita melainkan juga pikiran kita. Bandingkan dengan seorang penulis, hanya butuh beberapa waktu untuk dapat menyelesaikan tulisannya itu dengan mengetikkan apa yang ada dalam pikirannya itu. Tulisan yang dibuat pun bisa berupa cerita nonfiksi, jadi… bisa bebas dengan khayalan pemikiran orang itu dan cukup ditambah dengan pemilihan kata yang tepat sehingga terciptalah sebuah karya yang menarik. Tahap terakhir untuk proses pemasaran, hanya butuh penentuan sebuah judul yang kiranya menarik untuk dibaca dan dapat mengundang rasa penasaran pembeli dengan melihat sasaran target pemasaran itu sendiri ataukah untuk para remaja, orang tua atau bahkan anak-anak. Selesai kan??? Tinggal terima uang hasil penjualannya.

Lalu, apakah hanya itu alasan saya ingin menjadi seorang penulis??? Oh, tidak…ada beberapa alasan lain yang saya pertimbangkan, diantaranya tidak hanya dapat menuangkan ide dalam pemikiran saya tetapi juga salah satunya adalah dari segi penghasilannya. Penghasilan yang ditawarkan pada seorang penulis cukup menjanjikan. Sempat beberapa waktu lalu saya membaca buku yang isinya tentang bagaimana menjadi seorang penulis dan dalam buku tersebut juga terlampir beberapa pendapatan para penulis, mulai dari pendapatan untuk penulis pemula sampai pendapatan yang didapat oleh para penulis handal. “Waaaaow…” kata itulah yang spontan terucap ketika melihat jumlah nominal yang ada.

Buku tersebut makin menguatkan keinginan saya untuk belajar menjadi seorang penulis. Saya hanya berfikir, para penulis ternama juga pasti awalnya memulai karier mereka dari sebuah proses. Pasti ada proses dimana mereka hingga akhirnya dapat menjadi seorang penulis yang handal dan banyak dikenal karyanya oleh masyarakat luas. Dan proses inilah yang harus saya lalui, mungkin dimulai dengan keisengan mengisi blog dan mulai membuat sebuah novel hingga akhirnya dapat terwujud mimpi ini menjadi seorang penulis…Aamiiin   

Minggu, 06 November 2011

Ku temukan yang ku cari...:)


Manusia adalah makhluk yang ekploratif dan potensial. Dikatakan makhluk eksploratif, karena manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri baik secara fisik maupun psikis. Manusia disebut makhluk potensial karena pada manusia tersimpan sejumlah kemampuan bawaan yang dapat dikembangkan. Seperti dalam pandangan islam bahwa manusia terlahir dalam keadaan fitrah yaitu memiliki potensi untuk beragama, dimana potensi itu akan terus berkembang dengan baik apabila terus dibimbing dan diarahkan dengan baik oleh lingkungan terutama orang tuanya (sebagai pendidik pertama dalam sebuah keluarga).

Sumber jiwa beragama yang saya alami lebih mengarah pada teori Fakulti (Faculty Theory) yaitu bahwa tingkah laku manusia tidak hanya bersumber pada satu faktor yang tunggal tetapi terdiri atas beberapa unsur. Seperti pendapat yang dikemukakan oleh Dr. Zakiya Daradjat, bahwa selain dari kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani, manusia juga mempunyai suatu kebutuhan akan adanya kebutuhan akan keseimbangan dalam kehidupan jiwanya agar tidak mengalami tekanan, yaitu kebutuhan akan rasa kasih sayang, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa harga diri, kebutuhan akan rasa bebas, kebutuhan akan rasa sukses, dan kebutuhan akan rasa ingin tahu (mengenal). Begitu juga yang saya rasakan dan dengan demikian maka peran agama sangat diperlukan.

Perkembangan agama yang saya alami, tidak terlepas dari tiga tingkatan awal perkembangan agama pada anak-anak, yaitu The Fairy Tale Stage (Tingkat Dongeng), The Realistic Stage (Tingkat Kenyataan), dan The Individual Stage (Tingkat Individu). Pada usia 3-6 tahun konsep tentang ke-Tuhanan yang saya rasakan juga masih banyak dipengaruhi oleh fantasi dan emosi, masih dengan pemikiran bahwa Tuhan adalah sesuatu yang memiliki bentuk badan yang besar seperti raksasa dalam sebuah cerita dongeng. Setelah memasuki masa sekolah (tingkat Sekolah Dasar) saya mulai dikenalkan pada lingkungan pendidikan agama yaitu sebuah TPQ (Tempat Belajar Al-Qur’an / Madrasah) untuk dapat lebih memahami tentang ajaran islam yang sebelumnya sudah diajarkan oleh kedua orang tua saya. Dari pendidikan keagamaan yang saya dapat di luar sekolah itulah mulai tumbuh konsep ke-Tuhanan yang lebih murni bahwa Tuhan bukanlah sesuatu yang saya bayangkan sebelumnya.

Pada usia pra sekolah, orang tua lebih banyak memberikan ajaran agama seperti perilaku beragama (ibadah) dengan mencontohkan atau mengajak saya untuk ikut shalat bersama mereka, dari sanalah saya mulai melakukan imitasi (peniruan) gerakan shalat yang dilakukan oleh kedua orang tua saya, tanpa mengetahui apa maksud dan tujuan dilakukannya shalat. Pada usia tiga tahun, saya juga sudah mulai dilatih untuk berpuasa yang diawali dengan tahapan 2-3 jam berpuasa, lalu puasa setengah hari, dan kemudian sampai pada puasa penuh sehari. setelah memasuki usia sekolah barulah orang tua mulai memberikan penjelasan kepada saya tentang apa sebenarnya yang dilakukan dalam shalat dan manfaat kita berpuasa.

Pemahaman yang terus diberikan oleh kedua orang tua saya dan orang-orang yang berada dalam lingkungan saya tentang agama islam, membuat saya merasa ingin lebih jauh lagi mempelajari islam. Dan saat memasuki masa remaja mulailah muncul dalam diri saya apa yang Allah firmankan dalam QS.Yasin ayat 22 yang berbunyi “Mengapa aku tidak menyembah (Allah) yang telah menciptakanku”, dengan mulai melihat kebesaran-kebesaran-Nya yang begitu indah dan tidak akan ada sesuatupun yang dapat melebihi-Nya. Setelah lulus dari SMP saya melanjutkan ke SMK, dalam lingkungan yang syarat dengan pelajaran agama inilah saya bisa lebih banyak lagi mendapatkan ilmu tentang apa islam itu yang sesungguhnya.

Karena dari usia dini orang tua saya telah banyak mengajarkan saya tentang agama islam, maka pada saat remaja saya tidak begitu banyak mengalami keraguan dalam ajaran islam yang saya anut. Hanya saja yang terkadang membuat saya sedikit berfikir adalah “mengapa masih banyak orang atau golongan yang memperdebatkan perbedaan yang terjadi dalam suatu agama (islam), seperti halnya perdebatan yang terjadi hanya karena perbedaan Mazhab” padahal yang saya ketahui itu merupakan suatu hak masing-masing individu untuk dapat menentukan pilihannya dan bukan juga sesuatu yang harus diperdebatkan selama hal tersebut tidak menyalahi aturan dan ajaran islam. Dari pemahaman yang telah saya dapatkan dari kedua orang tua saya dan lingkungan saya maka saya percaya dengan penuh kesadaran bahwa islam merupakan satu-satunya agama dan ajaran yang paling benar seperti difirmankan dalam Al-Qur’an.